Minggu, 07 Juli 2013

tugas 7

Jelaskan lima ciri pertanian industrial dilengkapi contoh kasus terkini !
Jawab:

·         Penggunaan Benih Unggul, menciptakan ketergantungan petani untuk selalu memberi benih buatan pabrik setiap musim tanam.

·         Penggunaan Pupuk Kimia, dalam pertanian modern penggunaan pupuk buatan memang tidak dapat dipisahkan. Sebagian besar petani juga menggunakan pupuk fosfat yang diproduksi dengan menggunakan bahan baku deposit fosfat dari kerak bumi meningkat, padahal hasil laporan pembangunan dari Bank Dunia tahun 1984 menyimpulkan bahwa penggunaan pupuk kimia justru dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah.
·         Penggunaan Mekanisasi, penggantian tenaga manusia dan hewan dengan tenaga mesin. Mekanisasi mampu meningkatkan hasil perunit input tenaga kerja dan menurunkan harga jual pangan per satuan. Namun demikian, mekanisasi dibidang pertanian juga banyak menimbulkan akibat buruk, antara lain hilangnya kesempatan kerja, terciptanya ketegantungan pada energi minyak bumi, diperlukan modal yang lebih besar, dan tersentralisasinya teknologi pada usaha tani berskala besar.
·         Penggunaan Pestisida, Dari perspektif sempit atau jangka pendek, pemakaian pestisida tampaknya memang menguntungkan. Namun, dampaknya secara luas saat ini ternyata bahwa residu pestisida kimia merupakan ancaman serius (serious hazards) bagi lingkungan dan kesehatan manusia antara lain meningkatnya resistensi pada hama - hama.
·         Penggunaan Bioteknologi, penemuan – penemuan dalam bidang pertanian seperti

tugas 7

2.        Kekeliruan pertanian industrial yang didominasi revolusi hijau ialah adanya spesialisasi, standarisasi  dan sentralisasi. Berikan uraian lebih lanjut !
Jawab:
·         Spealisasi, ahli-ahli pertanian saat ini sangat terfokus pada bidangnya saja,tidak mau peduli dengan disiplin ilmu yang lain. Dr. Peter Goering mencontohkan, seorang ahli pembuat pestisida hanya berpikir bagaimana menciptakannya terhadap jenis serangga bermanfaat (natural enemy of pest) serta efekresi pertanian cenderung mengejar target-target produktivitas hasil panen, tanpa memikirkan apakah hal itu juga akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani kecil.
·         Para ilmuan modern pada umumnya bertujuan mencari teori-teori dan hukum-hukum universal untuk memudahkan kehidupan manusia, dengan cara mengendalikan atau memanipulasi sumber daya alam. Di dalam perumusan hukum itu sendiri terdapat distorsi keilmuan dari model-model empiris ke model-model teoretis dengan cara menyederhanakan (simplifying) dan membakukan (standardizing) suatu objek kajian. Oleh karena itu, temuan dari kajian itu sendiri seringkali invalid dan menyimpang atau bias dari kondisi empiris, jika ansumsi standar tak terpenuhi. Sebagai contoh, peningkatan pemakaian pupuk nitrogen untuk merangsang pertumbuhan tanaman tidak serta-merta mampu mendongkrak produktivitas hasil panen tanpa totalitas dukungan dari varietas, kesuburan tanah, kecukupan air, agroklimat, dan imput kimia yang lain.
·         Sentralisasi, kurangnya partisipasi yang dilakukan para petani dalam mengatur kebijakan yang berhubungan dengan pertanian, agar tidak ketergantungan terhadapa produk impor.

tugas 7

Setelah anda mempelajari pemahaman mengenai revolusi hijau, coba tuliskan pendapat anda mengenai hal tersebut dan dikaitkan dengan kondisi saat ini ?
Jawab:   Revolusi hijau yang merupakan sebuah transformasi agrikultural, yang membawa adanya peningkatan produksi pangan, yang dapat menyelamatkan manusia dari bencana kelaparan dan malnutrisi. Disamping dampak positif adanya revolusi hijau, satu hal yang belum dapat diperbaiki adalah nasib petani. Input yang dipakai guna mengoptimalkan hasil pertanian, seringkali tidak memperhatikan kondisi petani dan keterbatasan alam dalam berproduksi. Penggunaan pestisida, yang diimpor, salah satunya adalah sistem pengelolaan pertanian yang bisa dikatakan membantu meningkatkan produksi pertanian, namun penggunaannya secara kontinu pada tanah pertanian akan menimbulkan pencemaran, sehingga produktivitas tanah tidak seperti sebelumnya, selain itu tingginya harga pestisida dan alat pertanian yang digunakan, juga turut menyusahkan petani. Dimana semestinya petani, berada pada  urutan atas dalam tingkat kemakmuran  dalam Revolusi Hijau ini. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan dari pemerintah atau ikut serta dalam mengatur pengelolaan pertanian sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri, dengan melatih petani agar hidup mandiri (tidak bergantung pada input impor) yang harganya cukup mahal.

Udara Kotor Penyebab Hujan Asam

Udara Kotor Penyebab Hujan Asam
Oleh
Ardi Wijanarko (41612110024)
Fathurrochman (41612110028)
Polusi Udara
Sumber polusi udara
Pencemar primer
Sementara itu, secara umum, polusi udara dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti :

Salah satu akibat dari polusi udara adalah terjadinnya hujan Asam





Metode Pencegaha Hujan Asam

TEOLOGI DAN KONSERVASI EKOLOGI

PRESENTASE By:
IQBAL AMRULLAH 41612110047
DIANA RAHMAWATI
KONSERVASI LINGKUNGAN

 TEOLOGI DAN KONSERVASI EKOLOGI

     Menurut sejumlah pakar seperti Lynn White Jr dan Graham Parkes praktik merusak alam terjadi akibat masyarakat dengan disokong oleh modal besar dalam melakukan eksploitasi hutan dan alam tidak lagi mengindahkan kearifan lokal yang senantiasa menjaga keseimbangan dengan alam. Lebih lanjut keduanya mengatakan, tindakan rakus itu justru dilakukan oleh orang-orang beragama yang merasa mendapatkan legitimasi dari doktrin: manusia sebagai pemegang kekuasaan atas alam (dalam Islam dikenal dengan istilah khalifah fi al-’aradl). Pemicunya, menurut mereka, ketika agama menempatkan alam lebih rendah dari manusia, eksploitasi sekehendak manusia menjadi sah.
     Dalam pandangan teologis, segala jenis musibah alam seperti banjir, tsunami, gempa bumi, dan lainnya merupakan azab Allah, Tuhan alam semesta, bagi manusia yang belum juga jera dalam melakukan perbuatan zalim. Padahal dalam agama (Islam), dampak dari kezaliman melampaui segala strata sosial, suku, agama, pelaku zalim dan pelaku kebaikan. Jika seorang muslim menghayati keislamannya, semestinya mereka bisa menahan diri dari mengeksploitasi alam, karena kerugian yang ditimbulkannya akan menyengsarakan semua pihak.
     Mengingat kerusakan alam dan lingkungan sudah semakin parah serta telah mengancam kelangsungan manusia di masa akan datang, sudah sepatutnya tokoh agama meluruskan pemahaman terhadap  manusia bebas berbuat sesukanya agar nilai dalam agama tetap relevan dengan situasi jika ingin menjadikan nilai agama sebagai penggerak utama dalam menciptakan kesadaran terhadap alam dan lingkungan.

     musibah banjir kali ini dapat menjadi momentum bagi suatu kerja kolektif. Pencegahan banjir tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi harus melibatkan beragam pendekatan yang tepat. Selain solusi teknis itu memerlukan landasan teologis yang kuat, masalah banjir dan berbagai kerusakan lingkungan tidak dapat dipecahkan melalui pendekatan teknis semata. Kerusakan ekologis sebenarnya juga disebabkan kesalahan pendekatan teologis terhadap alam, sebab ekologi adalah bagian dari weltanschauung religius.
     Krisis ekologi=krisis spiritual
Banjir kali ini menunjukkan krisis ekologi, dan krisis ekologi pada dasarnya adalah krisis spiritual. Bencana alam tidak bisa dialamatkan pada fenemona alam semata. Eksploitasi eksesif, perusakan habitat, konsumsi eksesif, dan penyalahgunaan sumber-sumber daya alam hanya dilakukan manusia yang mengalami kekeringan spiritual.
     Banjir dan kerusakan alam juga merupakan dampak individualisme dan egoisme, selain materialisme yang membuat manusia kering dari kesadaran ekologis. Begitu pula, kepentingan sesaat dan sempit menjadikan manusia tidak peduli dengan integritas dan kesehatan ekosistem Bumi.
    

     Upaya untuk penyelamatan lingkungan telah banyak dilakukan baik melalui penyadaran kepada masyarakat dan pemangku kepentingan (stake holders), upaya pembuatan peraturan, kesepakatan nasional dan internasional, undang-undang maupun melalui penegakan hukum. Penyelamatan melalui pemanfaatan sains dan teknologi serta program-program teknis lain juga telah banyak dilakukan.
     Islam mempunyai konsep yang sangat jelas tentang pentingnya konservasi, penyelamatan, dan pelestarian lingkungan. Konsep Islam tentang lingkungan ini ternyata sebagian telah diadopsi dan menjadi prinsip ekologi yang dikembangkan oleh para ilmuwan lingkungan. Prinsip-prinsip ekologi tersebut telah pula dituangkan dalam bentuk beberapa kesepakatan dan konvensi dunia yang berkaitan dengan lingkungan. Akan tetapi, konsep Islam yang sangat jelas tersebut belum dimanfaatkan secara nyata dan optimal.
     Maka, harus segera dilakukan penggalian secara komprehensif tentang konsep Islam yang berkaitan dengan lingkungan serta implementasi dan revitalisasinya. Konsep Islam ini kemudian bisa digunakan sebagai dasar pijakan (moral dan spiritual) dalam upaya penyelamatan lingkungan atau bisa disebut sebagai “teologi lingkungan”. Sains dan teknologi saja tidak cukup dalam upaya penyelamatan lingkungan yang sudah sangat parah dan mengancam eksistensi dan fungsi planet bumi ini. Permasalahan lingkungan bukan hanya masalah ekologi semata, tetapi menyangkut teologi.

     Pengertian “teologi” dalam konteks ini adalah cara “menghadirkan” dalam setiap aspek kegiatan manusia. Dalam bahasa lain, teologi dapat dimaknai sebagai konsep berpikir dan bertindak yang dihubungkan dengan “Yang Gaib” yang menciptakan sekaligus mengatur manusia dan alam. Jadi, terdapat tiga pusat perhatian (komponen) bahasan yakni Tuhan, manusia, dan alam, yang ketiganya mempunyai kesatuan hubungan fungsi dan kedudukan. Jadi, teologi hubungan anatara manusia dan alam dengan Tuhan adalah “konsep berpikir dan bertindak tentang lingkungan hidup yang mengintegrasikan aspek fisik (alam termasuk hewan dan tumbuhan), manusia dan Tuhan”.
     Hubungan manusia dan lingkungan dilihat sebagai bagian dari hubungan interaktif antara semua ciptaan Tuhan, yang dibentuk berdasarkan prinsip berserah diri kepada Tuhan yang sama. Berserah diri tidak semata-mata praktik ritual, karena kebaktian bersifat simbolik. Kesadaran manusia akan kehadiran Tuhan harus dibuktikan melalui perbuatan nyata dalam hubungannya dengan sesama manusia dan alam sekitar.
     Asas keseimbangan dan kesatuan ekosistem hingga saat ini masih banyak digunakan oleh para ilmuwan dan praktisi lingkungan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan. Asas tersebut juga telah digunakan sebagai landasan moral untuk semua aktivitas manusia yang berkaitan dengan lingkungannya. Akan tetapi, asa keseimbangan dan kesatuan tersebut masih terbatas pada dimensi fisik dan duniawiah dan belum atau tidak dikaitkan dengan dimensi supranatural dan spiritual terutama dengan konsep (teologi) penciptaan alam. Jadi, terdapat keterputusan hubungan antara alam sebagai suatu realitas dan realitas yang lain yakni yang menciptakan alam. Dengan kata lain, nilai spiritualitas dari asas tersebut tidak terlihat.



     Islam merupakan agama (jalan hidup) yang sangat memperhatikan tentang lingkungan dan keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak ayat Al Quran dan hadis yang menjelaskan, menganjurkan bahkan mewajibkan setiap manusia untuk menjaga kelangsungan kehidupannya dan kehidupan makhluk lain di bumi. Konsep yang berkaitan dengan penyelamatan dan konservasi lingkungan (alam) menyatu tak terpisahkan dengan konsep keesaan Tuhan (yauhid), syariah, dan akhlak.
     Setiap tindakan atau perilaku manusia yang berhubungan dengan orang lain atau makhluk lain atau lingkungan hidupnya harus dilandasi keyakinan tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT, yang mutlak. Manusia juga harus bertanggungjawab kepada-Nya untuk semua nilai dalam etika. Bagi seorang Muslim, tauhid seharusnya masuk keseluruh aspek kehidupan dan perilakunya. Dengan kata lain, tauhid merupakan sumber etika pribadi dan kelompok, etika sosial, ekonomi dan politik, termasuk etika dalam mengembangkan sains dan teknologi.
Sumber:
http://klipingclipingduo.wordpress.com/tag/ekologi/
http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/12/Modul-14-Konservasi-Lingkungan-.doc.


studi kasus

 LONGSOR MENGHANTAM BANDUNG
          Sekitar 3 hari yang lalu, (8-9/4) "Tercatat 23 rumah rusak berat, 97 rumah terancam longsor dan 87 jiwa mengungsi akibat longsor di kecamatan Gununghalu, kecamatan Rongga dan kecamatan Cipongkor, kabupaten Bandung Barat," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB,
                Tanah longsor ini dipicu hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak Senin (8/4) malam, dengan intensitas 50 mm selama berjam-jam tanpa henti. Selain itu, kondisi permukiman yang berada di tebing curam dan kondisi lereng yang dijadikan lahan pertanian semusim turut menjadi penyebab longsor.
                


      
          Berdasarkan laporan masyarakat dan aparat di Kecamatan Cililin, pada 26/2/2013 dirasakan gempa yang bersumber dari gempa 5,3 SR yang berpusat di darat di barat daya Cianjur dan dirasakan hingga di Bandung. Kondisi ini dapat memberikan pengaruh terhadap berkurangnya kekuatan struktur tanah atau terjadi retakan tanah yang kemudian terisi air saat hujan sehingga memicu longsor.
          Lantas bagaimana solusi bagi masyarakat? BNPB merekomendasikan, idealnya memang relokasi. Tetapi ini sulit dilakukan karena berkaitan dengan mata pencaharian dan sosial budaya masyarakat. Relokasi adalah pilihan terakhir dalam penanggulangan bencana karena faktanya sulit masyarakat dipindahkan.
                  Di Indonesia terdapat 124 juta jiwa masyarakat yang di daerah rawan longsor sedang hingga tinggi yang tersebar di 270 kabupaten/kota. Artinya ada 124 juta jiwa yang berdiam seperti mirip di Cililin tersebut.


  Data di atas dapat di simpulkan terjadinya longsor itu karena,
 Hujan yang terus menerus
Lereng terjal
Tanah dan batuan yang kurang padat dan tebal
Jenis tata lahan akibat sumber pertanian
Getaran atau gempa
Penggundulan hutan
Pengikisan
Erosi
Dan lainya yang di sebabkan terutama oleh ulah manusia yang kurang memperhatikan akibat dari kerakusan dan kecerobohan

    
         Maka sebagai penerus bangsa dan sekaligus untuk kehidupan yang lebih baik buat anak cucu kita, mari kita harus meencegah terjadinya longsor tersebut, diantarnya:
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam air pada lereng bagian atas di dekat pemukiman, buatlah terasering/ sengkedan
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan. (Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
Jangan menebang pohon di lereng atau pohon yang di gunakan untuk menahan air.
Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal dan di bawah lerng bukit, usahalah Pembangunan rumah yang benar di lereng bukit.
Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak. Dan Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.




TAHAPAN MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR
Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana..
Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah

KESIMPULAN DAN SARAN
Gunakanlah akal kita untuk berfikir lebih jauh bagaimana melakukan sesuatu yang timbulnya tidak berakibat fatal
Janganlah menebang hutan baik di lereng maupun di daerah yang resapan airnya kurang, karena peran hutan sangat penting buat menyerap air dan terjadinya longsor
Buatlah pemukiman pada daerah yang  jauh dari lereng atau sungai, karena dapat terjadinya rawan longsosungair
Bunglah sampah atau benda yang dapat menyumbat pada aliran sungai, sebab akan mengakibatkan tergenangnya air danberdampak pada longsor ataupun banjir
sumber:
http://www.beritalingkungan.com/2013/03/konversi-hutan-penyebab-longsor-di.html
http://piba.tdmrc.org/content/pencegahan-terjadinya-bencana-tanah-longsor
http://piba.tdmrc.org/content/faktor-penyebab-tanah-longsor
sumber  gambar:
http://muslimahwahdahbandung.blogspot.com/2010/02/peduli-korban-banjir-longsor-di-bandung.html

    SEKIAN

CARA MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PURWOKERTO

CARA MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PURWOKERTO

Dalam dua tahun terakhir, ketika musim hujan tiba, beberapa wilayah di kota Purwokerto dilanda banjir. Hal itu berbeda dari 5 tahun lalu sehingga persoalan banjir di lingkungan menjadi keprihatinan warga Kota Satria ini. Pesatnya pertumbuhan kota, memberikan dampak tersendiri, terlebih upaya mengantisipasi dampak banjir belum dilakukan secara komprehensif.
Meski belum separah Jakarta atau kota besar langganan banjir yang lain, kondisi ini perlu penanganan cepat dan terpadu, melibatkan semua pihak, termasuk jajaran pemkab. Jika tidak, geliat pembangunan di ibu kota Kabupaten Purwokerto ini akan “tenggelam” dalam problematika banjir. Adapun wilayah pemukiman yang sering mendapat ”jatah” banjir adalah Perumahan Karang Pucung Permai di Kecamatan Purwokerto Selatan.
Instansi yang terkait selalu mengembalikan pada persoalan teknis. Misalnya mendalihkan pada kurang baiknya kondisi saluran pembuangan air/ drainase di tepi jalan-jalan utama kota, keterbatasan anggaran. Namun Pemkab Banyumas sudah menyiapkan materplan penataan drainase.
Penyikapan terhadap kompleksitas persoalan lingkungan, termasuk banjir, tidak bisa melupakan unsur manusia. Alasan dan penyelesaian teknis mengatasi banjir harus dibarengi dengan upaya revitalisasi sosiologi. Artinya bagaimana menciptakan suatu kondisi agar semua orang saling berinteraksi guna menjaga lingkungannya hingga terbebas dari banjir.
Salah satunya bisa kembali mengaktifkan kerigan, yaitu pola gotong-royong atau kerja bakti massal, yang sejatinya menjadi salah satu kearifan. Pada zaman dulu, pembuatan saluran air, kegiatan bersih desa, atau membersihkan lingkungan, selalu dilakukan dengan memakai pola itu.
Lewat kerigan pula, pada 1998 Purwokerto mendapat penghargaan dari WHO karena berhasil membebaskan daerah itu dari serangan demam berdarah dengue (DBD). Waktu itu masyarakat menjabarkan kearifan lokal tersebut dalam wujud piket bersama memberantas sarang nyamuk.
Pemda bersama warga Purwokerto sebenarnya bisa menerapkan kerigan untuk mencegah banjir. Misalnya sekelompok warga secara bergilir membersihkan saluran air/ drainase di lingkungan masing-masing. Kerja bakti itu bisa digagas secara tidak formal atau formal, misalnya menjadi kebijakan pemkab yang pada hari tertentu mengajak warga bersih-bersih saluran.
Gotong-royong membersihkan saluran kota yang mengalami pendangkalan sudah dirintis warga Purwokerto Selatan, melibatkan unsur BKM dan LPMK Kelurahan Purwokerto Kulon, Satgasgana, personel Koramil dan Polsek Purwokerto Selatan, serta anggota Laskar Merah Putih. Kegiatan itu bisa menjadi contoh bagi warga wilayah lain di Purwokerto.
Bentuk kerigan kedua adalah bersama-sama memahami dan menyosialisasikan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Salah satu kegiatan yang bisa dikategorikan merusak lingkungan adalah kebiasaan buruk sebagian warga Purwokerto membuang sampah di sungai. Penyosialisasian regulasi itu akan menyadarkan warga untuk tidak lagi membuang sampah ke saluran/ sungai, utamanya Kali Bener dan Kali Kranji, dua sungai besar yang melintasi kota, dan belakangan ini pada musim hujan sering meluber karena mengalami pendangkalan akibat banyak sampah.
Bentuk kerigan yang ketiga adalah membentuk komunitas gerakan cinta lingkungan, yang bisa dimulai dari lingkup terkecil, yaitu RT, RW, desa, dan seterusnya. Anggota komunitas ini memfokuskan pada berbagai kegiatan yang bersifat menjaga, memelihara, dan melestarikan lingkungan. Wujud kegiatannya bisa bersama-sama membersihkan lingkungan secara rutin, menghijaukan kota, dan menyosialisasikan pentingnya pelestarian lingkungan kepada pelajar atau anggota masyarakat.
Bila unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat, merasa terpanggil mengimplementasikannya lewat pola kerigan, Purwokerto dan kota lain bisa terbebas dari banjir dan lingkungannya pun terjaga.

sumber:
http://www.pikiran-rakyat.com/node/185633