Minggu, 07 Juli 2013

ALTERNATIF PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TERPADU DI WILAYAH BANJARAN

Presentase pertemuan 12
IQBAL AMRULLAH
41612110047

ALTERNATIF PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR
LIMBAH INDUSTRI TERPADU DI WILAYAH BANJARAN

         Wilayah Banjaran terdiri dari 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Banjaran, Pameungpeuk, Arjasari, dan Cimaung dengan luas lahan total ± 19 Ha. Dengan jarak ± 15 km ke arah timur dari Kota Soreang sebagai Ibukota Kabupaten Bandung Banjaran. Menurut RUTR Kota Banjaran Tahun 1999 Jenis industri di Wilayah Banjaran didominasi oleh Industri Tekstil yang tersebar di Kecamatan Banjaran dan Pamenungpeuk.
         Kegiatan produksi di industri akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan akibat dari pemakaian air yang berlebihan dan pembuangan limbah cair hasil produksi yang belum terolah ataupun yang sudah terolah tetapi tidak maksimal. Maka dari itu untuk menjamin maksimalnya pengolahan limbah cair sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 6 Tahun 1999 mengenai Baku Mutu Air Buangan Industri Tekstil, diusulkan untuk membangun suatu IPAL Terpadu.
    

METODOLOGI
             Hal pertama yang dilakukan dalam melakukan desain awal ini adalah mencari datatentang kondisi, kuantitas, dan karakteristik air buangan industri. Data–data awal diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung dan BPLHD Jawa Barat. Survey ke industri–industri juga dilakukan dengan memberikan kuesioner yang harus diisi oleh industri. Pertanyaan menyangkut jenis industri, jumlah produksi, kualitas air limbah yang dihasilkan, sudah atau belum memiliki IPAL dan tanggapan terhadap kemungkinan dibangunnya IPAL Gabungan. Selanjutnya dilakukan analisis teknis dan ekonomi untuk menentukan alternatif pengolahan yang akan digunakan. Analisis teknis dilakukan berdasarkan data kuantitas dan kualitas limbah cair.
             Setelah dilakukan perhitungan dimensi perpipaan dan peralatan lainnya di dapat biaya konstruksi (fixed cost) dan biaya operasional dan perawatan (variabel cost). Alternatif terpilih adalah alternatif yang mempunyai biaya paling kecil.


DASAR PERENCANAAN
             Rencana IPAL gabungan industri dimulai dari perencanaan jalur pengumpul limbah. Hal utama yang menjadi tinjauan dalam perencanaan sistem penyaluran limbah menuju IPAL gabungan industri adalah debit limbah yang dihasilkan. Air buangan akan dikumpulkan dalam saluran riol pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol pusat menuju IPAL sebelum dibuang ke badan air penerima.
             Sistem penyaluran air buangan menggunakan sistem saluran tertutup yaitu dengan jaringan pipa bawah tanah dengan menggunakan sistem gravitasi dan pemompaan. Sistem ini digunakan dengan pertimbangan agar material-material lain selain air limbah yang akan diolah tidak ikut terbawa selama perjalanan air limbah di dalam sistem penyaluran. Periode perencanaan IPAL terpadu ini adalah 20 tahun. sumber limbah cair skala menengah ke atas yaitu terdiri dari: 13 industri, 11 diantaranya industri tekstil, 1 industri kertas dan 1 industri sepatu.

             Kuantitas air buangan dihitung berdasarkan besarnya jumlah debit air buangan yang akan masuk ke IPAL. Debit pengolahan limbah cair diambil berdasarkan debit rata-rata keseluruhan pada periode perancangan yaitu 160 l/detik. Debit air buangan industri maksimum adalah 240 l/detik dan minimum adalah 48 l/detik, atau sekitar 150% dan 30% dari debit rata-ratanya, Air buangan yang akan diolah merupakan air buangan industri yang memiliki karakteristik pencemar yang relatif sama.



ALTERNATIF PENGOLAHAN
             Pengolahan yang akan digunakan adalah pengolahan dengan kombinasi kimia-biologi. Pengolahan ini banyak diterapkan pada industri tekstil. Pengolahan kimia dilakukan dengan koagulasi-flokulasi melalui penambahan besi sulfat atau alum atau besi klorida dengan kapur (lime). Kombinasi tersebut akan membentuk presipitat kalsium sulfat yang mampu mengadsorbsi warna air buangan.
             Proses ini juga berfungsi untuk menyisihkan zat padat tersuspensi di dalam air buangan melalui mekanisme destabilisasi koloid serta menyisihkan BOD dan COD dengan efisiensi rendah pada kisaran pH 5-6. Pengolahan biologi berfungsi untuk menurunkan BOD dan COD  sehingga dihasilkan bentuk lumpur biologi (padatan tersuspensi) yang dapat terendapkan. Keuntungan sistem ini adalah biaya operasional dan perawatan yang murah. Sedangkan kerugian sistem ini adalah kebutuhan lahan yang luas serta terbentuknya lumpur dari proses pengolahan yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.






             Alternatif pengolahan pengolahan biologis yang diajukan antara lain : completely mixed activated sludge (CMAS), oxydation ditch dan kontak stabilisasi. Pengajuan ketiga alternatif di atas berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
1. Pengolahan yang menitikberatkan pada proses pengolahan dengan lumpur aktif.
2. Efisiensi pengolahan dari ketiga unit diatas telah memenuhi baku mutu efluen yang direncanakan, yaitu sekitar 85-90 %.
3. Aspek teknis, yaitu tersedianya lahan yang luas, dan 3 jenis unit pengolahan tersebut sudah tidak asing lagi di Indonesia sehingga diharapkan sudah ada tenaga ahli yang berpengalaman baik untuk operasional maupun perawatan, dan barang-barang penunjang operasionalnya tidak terlalu sulit ditemukan.
4. Lokasi IPAL jauh dari permukiman penduduk sehingga tidak akan memberikan pengaruh buruk terhadap lingkungan masyarakat.

KESIMPULAN
             Tujuan makalah ini adalah menentukan jalur pengumpul dan lokasi IPAL Terpadu serta menentukan alternatif perencanaan IPAL  Terpadu di wilayah Banjaran. Terdapat 13 industri yang akan dilayani dengan debit rata-rata gabungan sekitar 160 l/s. Hasil pertimbangan analisis ekonomi awal, untuk jalur pengumpul dan lokasi IPAL Terpadu dipilih alternatif II yang berlokasikan di Rancatungku. Biaya yang diperlukan untuk konstruksi jalur perpipaan adalah Rp6.927.180.000 dan untuk biaya operasi dan perawatan Rp 587.200.320. Setelah mempertimbangkan aspek teknis dan analisis ekonomi awal alternatif pengolahan biologi, maka alternatif pengolahan adalah pengolahan biologi dengan kontak stabilisasi.
             Biaya konstruksi untuk pembangunan IPAL terpadu adalah Rp 32.587.050 dan biaya operasi dan perawatan sebesar Rp 5.776.863.000 IPAL Terpadu ini direncanakan mengolah limbah industri sampai 20 tahun ke depan. Biaya dasar pengolahan yang akan dibebankan ke industri industri adalah Rp 3.500/m3, biaya pengolahan ini bervariasi sesuai dengan kualitas limbah industri yang akan masuk
Sumber:  http://www.lingkungan-tropis.org/alternatif-perencanaan-instalasi-bram-prawiro


SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar